“Inilah kelemahan kita, hanya membaca Al-Qur’an tidak beserta dengan terjamahannya. Seandainya terjemahannya disampaikan juga mungkin akan lebih baik. Jadi, harus ada perubahan kedepannya,” ucap Ustadz Hasan.
Ia menjelaskan, lomba MTQ yang kekurangan penonton membuktikan kecintaan masyarakat kepada dunia lebih tinggi dibanding akhirat.
“Padahal, idealnya itu adalah kita harus mencintai akhirat (ukhrawi) karena otomatis dunia (duniawi) akan juga mengikut. Sementara ketika kita mencintai dunia belum tentu akhiratnya mengikut,” tandas Ustadz Hasan.
Sebelum diadakan lomba, lanjutnya, baiknya perlu dilakukan terlebih dahulu sosialisasi tentang keagamaan agar rasa cinta masyarakat terhadap keagamaan bisa lebih tinggi.
“Jika perlu, pemerintah, khususnya di kelurahan memberikan penyadaran terhadap masyarakatnya seperti sering mengadakan ceramah keagamaan karena itu sangat penting,” kata Ustadz Hasan.
Menurutnya, yang juga menjadi penyebab kurangnya nilai keagamaan itu karena banyaknya golongan, sedangkan dalam agama yang perlu dilihat adalah keuniversalan.
“Tanamkan sejak dini bagaimana agarĀ anak-anak kita ini mencintai Al-Qur’an, mencintai agama. Anggaplah generasi sekarang ini, kecintaan kita terhadap keagamaan masih kurang, maka generasi selanjutnya harus diperbaiki. Intinya, sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana pentingnya pendidikan keagamaan perlu ditingkatkan, tetapi di luar itu, juga sangat tergantung dari petunjuk dan hidayah,” tutup Ustadz Hasan. (Putra)
Editor: Ilma Amelia