
RS Regional Sulbar. (Foto: Ist)
Mamuju, mandarnews.com – Ruang isolasi dan perawatan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Regional Sulawesi Barat (Sulbar) dikeluhkan oleh keluarga pasien karena dianggap tak layak.
Keluarga pasien menganggap ruang perawatan yang menggunakan tenda darurat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu buruk, sehingga dikhawatirkan kondisi akibat hawa panas dan bercampurnya semua pasien dalam satu ruangan.
“Ya kalau ruang perawatan seperti itu apakah akan sembuh, suhunya panas yang membuat orang semakin stres dan belum lagi semua bercampur,” tutur salah seorang keluarga pasien bernama Fathir, Senin (26/7).
Selain dinilai tak layak, keluarga pasien juga memantau pelayanan rumah sakit. Fathir menuturkan jika selama enam hari dirawat dengan selang oksigen, keluarganya belum mendapatkan pelayanan dari dokter.
Padahal, selama enam hari tersebut seharusnya ada pemeriksaan lebih lanjut dari dokter ahli untuk membuat kondisi membaik.

“Sejak masuk dalam ruang perawatan, sudah enam hari ini, katanya belum ada dokter ahli yang memeriksa,” ungkap Fathir.
Sementara hingga saat ini, lanjutnya, test polymerase chain reaction (PCR) terhadap pamannya itu belum juga keluar yamg membuat kondisi pasien semakin stres dalam perawatan. PCR merupakan metode pemeriksaan virus SARS Co-2 dengan mendeteksi virus DNA.
“Ya dikirim ke Makassar, tapi kan ini seharusnya ada langkah maju karena Covid-19 sudah lebih setahun, seharusnya bisa tes di Sulbar. Bagaimana misalnya jika pada saat swab antigen yang reaktif tapi PCR negatif, yang awalnya bukan covid-19 tapi karena bercampur jadi positif juga dong,” lanjut Fathir.
Fathir dan keluarga berharap ada tindakan medis memadai serta adanya fasilitas ruang sekat untuk berbagai usia sehingga harapan hidup pasien Covid-19 dapat ditangani dengan baik, mengingat penyembuhan penyakit yang membutuhkan semangat dari pasien itu.
“Sangat perlu ada penanganan psikologis. Untuk saat ini hanya tempat tidur yang memisahkan pasien, perlu penanganan lebih baik agar pasien punya harapan sembuh lebih tinggi,” ujar Fathir.
Dalam keterangannya, Direktur RS Regional Sulbar dr. Indahwati Nursyamsi mengatakan jika saat ini kondisi ruang perawatan memang menggunakan tenda darurat pasca gempa Januari lalu.
dr. Indah menyampaikan, saat ini perbaikan gedung rumah sakit sedang berjalan sehingga membutuhkan waktu.
“Tidak mungkin di dalam gedung karena sedang perbaikan, banyak bahan bangunan yang berbahaya, baik itu semua pasien umum maupun khusus Covid-19 masih menunggu perbaikan gedung yang rusak,” terang dr. Indah.
Untuk test PCR, dr. Indah mengatakan jika saat ini sampel masih dikirim ke Makassar, sehingga membutuhkan proses yang cukup lama.
“Sampelnya dikirim dulu ke Makassar, di sana antri lagi jadi agak lama kita menunggu,” beber dr. Indah.
Ditanya soal kepemilikan mobil PCR yang sempat dipunyai RS Regional, dr. Indah enggap menjawab. Ia hanya menyebutkan jika saat ini di Sulbar belum ada alat untuk test PCR.
“Secara teknis untuk test PCR itu dikirim ke BPOM di Makassar, jadi bukan dilakukan di sini langsung,” ucap dr. Indah.
Dari artikel media massa menyebut, mobil PCR Sulbar saat ini terparkir di depan ruang isolasi RS Regional. Mobil PCR dianggarkan pada tahun 2020 menggunakan dana refocusing sebesar Rp3,5 miliar. Belum juga bekerja dengan baik, mobiler tersebut sudah diparkir.
Reporter: Sugiarto
Editor: Ilma Amelia