
Pemadam kebakaran/ Foto : Irwan
Majene, mandarnews.com – Peristiwa kebakaran gegerkan warga. Kebakaran ini melanda rumah milik janda tua, Ummi (62 tahun) di Pesuloang, Desa Pesuloang, Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), Senin 26 Juni 2017.
Menurut Ummi, saat kejadian rumahnya dalam keadaan kosong. Pasalnya, ia sementara di warung samping rumahnya untuk mengambil cucunya, Nursakina (7 tahun) yang sementara menonton tv. Tiba-tiba ia melihat api besar yang membakar atap rumahnya.
“Saya berdiri di depan (warung). Kenapa menyala ini rumah? Saya lari kesana ternyata sudah terbakar dinding sampai diatap,” kata Ummi saat ditemui di lokasi kejadian.
Warga sekitar kemudian geger. Mereka berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya. Tapi itu tidak berarti, api semakin membesar dan membakar seluruh bagian rumah panggung yang mayoritas terbuat dari kayu tersebut.
Rata dengan tanah/ Foto : Irwan
Mereka hanya berusaha agar api tidak merambat ke rumah tetangga. Diantaranya pada samping kiri ada warung dan sebelah kanan ada rumah Kepala Dusun Pesuloang, Gusri yang tak lain adalah keluarga korban sendiri.
Rumah milik korban rata dengan tanah. Warga hanya bisa menyelamatkan satu karung beras dan dua kursi plastik. Selebihnya ludes dilalap api. Korban yang ditinggal mati suami sejak tahun 2011 ini sedih. Baju baru lebaran milik cucunya yang belum sempat dipakai juga ikut terbakar.
“Tidak ada yang bisa diselamatkan. Hanya baju yang sementara ini kupakai yang tersisa. Tidak ada yang berani masuk karena apinya langsung besar,” ucap Ummi dengan nada sedih.
Belum diketahui penyebab kebakaran tersebut. Pasalnya, saat meninggalkan rumah, korban tidak sedang memasak. Sedangkan tabung gas milik korban ada di rumah Gusri. Banyak yang menduga, peristiwa itu terjadi karena arus pendek listrik (korslet).
Ummi dan Nursakina. Selain sekarung beras dan dua kursi plastik, hanya baju yang dikenakan kedua korban inilah yang bisa diselamatkan. Baju sekolah bocah kelas II Madrasah Ibtidaiyyah ini juga ikut terbakar.
Untuk diketahui, Ummi tinggal bersama cucunya sejak tahun 2010. Ia memilki dua anak, Hafid yang kerja serabutan di Jakarta dan Mirwandi, ayah Nursakina berada di Tawau, Malaysia bekerja. Sejak Nursakina berusia tiga bulan, Mirwandi dan istrinya cerai.
Sejak saat itulah ia merawat cucunya yang saat ini baru saja naik ke kelas II Madrasah Ibtidaiyyah itu. Kedua anaknya belum mengetahui peristwa ini. Mirwandi yang lama tinggal terakhir ada kabar tahun 2015. Setelah itu tidak pernah lagi hingga saat ini.
Sementara Hafid, pihak keluarga yang ada di Pesuloang sudah berusaha menelpon ke anak pertamanya korban itu. Tapi tidak secara langsung tapi melalui rekan kerjanya. Itu pun belum ada kabar selanjutnya dari Hafid. Kini korban tinggal di rumah Gusri dan pasrah akan keadaan atas musibah yang menimpanya.
“Ya kita hanya bisa bertawakkal nak,” kata Ummi yang sedih.
Bunyi Petasan Sebelum Kebakaran
Seorang siswi SMP, Amna (14 tahun) pertama kali melihat kejadian kebakaran tersebut saat duduk di depan rumahnya. Sebelumnya ia mendengar suara ledakan bunyi petasan. Ia kemudian melihat percikan api jatuh diatas atap milik korban yang terbuat dari rumbia.
“Ada percikan api jatuh diatap. Sebelumnya ada suara petasan dari sana (arah utara). Tidak lama langsung besar api, tidak cukup lima menit,” ungkap Amna.
Siswi ini tidak bisa memastikan itu adalah penyebab utama kebakaran. Ia juga tidak memastikan percikan api itu berasal dari petasan. Yang jelas, ia mendengar bunyi suara petasan kemudian kebarakan itu terjadi.
Pemadam Terlambat Tiba di Lokasi Kebaran
Kepala Dusun Pesuloang, Gusri menceritakan sesaat sebelum kejadian. Menurutnya, saat kejadian listrik di rumahnya sempat padam. Ia pun heran dan langsung lihat rumah tetangga yang lain.
Listrik menyala pada rumah tetangganya. Gusri menduga ada korsleting listrik sehingga listrik di rumahnya padam. Ia pun melihat rumah korban yang tak lain keluarga istrinya karena rumah milik korban menyambung listrik di rumahnya. Ternyata api telah membesar pada bagian atap.
Warga kemudian berlarian dan berusaha memadamkan api. Salah satu pengendara mobil kemudian singgah, kata Gusri dan berusaha menelepon pemadam. Telepon pengendara mobil itu masuk tapi tidak ada yang tanggapi.
Bahkan salah satu warga terpaksa naik motor ke Kantor Pemadam yang jaraknya sekitar 20 km dari lokasi kejadian untuk memberitahukan informasi kebarakan tersebut.
“Ada beberapa yang dihubungi tapi tidak ada yang angkat. Nanti ada sepupu yang menelpon ke pemadam baru ada yang diangkat. Ipar juga masuk (berangkat) ke kantor pemadam cari bantuan. Lama baru datang pemadam,” kata Gusri yang mengeluh.
Pemadam Kebakaran Serba Kekurangan
Lebih dari satu jam lamanya setelah kejadian dua unit pemadam kebakaran beserta mobil tangki tiba di lokasi kebakaran. Saat tiba, kondisi rumah itu sudah nyaris rata dengan tanah. Kepala BPBD Majene, Mansyur T juga ada bersama beberapa anggota Polres Majene saat pemadam berusaha memadamkan api.
Menurut Mansyur, saat ini BPBD yang menaungi pemadam kebakaran serba kekurangan. Mulai dari pompa air hingga armada yang harusnya ada setiap kecamatan yang ada di Majene. Pihaknya hanya memiliki dua unit mobil pemadam dan satu mobil tangki untuk satu kabupaten.
“Hanya dua ditambah mobil tangki satu. Mobil semprot hanya ada dua ditambah satu tangki. Itulah kita harapkan satu armada satu kecamatan,” jelas Mansyur.
Sebelumnya pada tahun 2015, Majene hanya memiliki satu armada pemadam. Tahun 2016 ada pengadaan satu unit berkapasitas 5 kubik air. Itu pun Mansyur mengaku marah-marah ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) baru ada pengadaan satu unit pemadam senilai Rp 1,4 miliar itu.
Sejauh ini BPBD Majene terus berjuang agar ada pengadaan mobil pemadam baru tapi itu sia-sia. Tahun 2017 ini tidak ada pengadaan. Menurut Mansyur, ia telah masukkan ke Musyawaran Perencanaan Pembangunan (Musrembang) tapi tidak ada tanggapan.
“Andai kata kemarin saya tidak marah-marah, tidak akan dapat satu (pengadaan tahun 2016). Tetapi saya berjuang untuk bisa ada penambahan,” tegasnya.
Untuk memenuhi kebutuhan armada, saat ini ada mobil pemadam yang sementara dalam keadaan rusak akan diperbaiki, Pihaknya telah memanggil bengkel untuk menghitung biaya perbaikan.
“Yang ada kita perbaikilah dari pada tidak ada sama sekali,” katanya.
Sebelumnya, pada masa pemerintahan Bupati Kalma Katta, Mansyur juga pernah mengusulkan untuk pengadaan mobil pemadam dari luar negeri yang dihibahkan. Cukup hanya biaya ongkos kirim tapi itu juga tidak ditanggapi.
“Kita melalui Bupati Bantaeng, kemarin sudah informasikan kepada Pak Bupati masih pak Kalma. Kalau bisa telepon Bupati Bantaeng tapi beliau tidak mau telpon jadi susah. Tidak bisa kalau kita langsung. Harus bupati dengan bupati,” kata Mansyur. (Irwan)