Sudiarno dengan hasil kebun miliknya
Mamasa, mandarnews.com – Tanah adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia untuk dikelola guna memberikan hasil. Kalimat inilah yang menjadi prinsip Sudiarno dalam melakukan pendampingan bagi petani di Desa Osango, Kecamatan Mamasa.
Hal tersebut dikatakan Sudiarno saat mandarnews.com menyambangi area perkebunan miliknya setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua kilometer dari Jalan Poros Polewali-Mamasa.
Suasana alam yang terhampar luas ditemani angin sepoi di puncak bukit membuat perasaan nyaman. Apalagi letak pondok yang tepat di tepi jalan ditambah sajian segelas kopi ditemani jagung bakar yang menemani perbincangan hingga membuat agenda liputan berikutnya terlupakan.
Sudiarno merupakan lulusan Politeknik Negeri Ujung Pandang (Makassar) yang telah menggeluti dunia pertanian sejak kecil lantaran dirinya dibesarkan dari keluarga petani di Desa Salumokanan Utara.
Usai menikmati hidangan kopi, mandarnews.com bergegas menuju lahan pertanian milik Sudiarno yang terletak tepat di sekitar pondok yang didirikan sejak awal tahun 2019.
Posisi lahan pada kemiringan 45% tersebut terisi dengan tanaman jagung yang berjejer dan telah menguning pertanda siap untuk dipanen.
Perjalanan pun diteruskan hingga di bagian bawah kebun, terlihat tanaman kentang yang berumur sekitar dua bulan yang terdiri dari dua petak dan dikelilingi terong ungu menggambarkan keseriusan Sudiarno untuk mengelola tanah meskipun hanya bermodalkan cangkul dan sekop.
Sudiarno yang merupakan Bendahara Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Mamasa tersebut aktif melakukan pendampingan bagi petani, salah satunya Kelompok Wanita Tani (KWT) Bambaturunan yang dirintis sejak tahun 2009 hingga anggota kelompok aktif tahun 2019.
Dirinya lebih memilih untuk mendampingi petani wanita, sebab menurutnya wanita lebih serius dalam mengembangkan tanaman jangka pendek, apalagi Mamasa lebih cocok dengan tanaman holtikultura lantaran sifat tanahnya gembur dan cepat kering.
“Sebenarnya tanah tidak ada yang kurus jika dikelola dengan benar. Tinggal bagaimana keseriusan petani dalam mengelola tanah,” ungkap Sudiarno saat ditemui, Rabu (10/7/2019).
Jenis tanaman yang ditekuni kelompok tersebut adalah jagung, kentang, dan jenis sayuran lainnya, seperti terong ungu.
“Dengan jumlah anggota sebanyak 20 orang dan masing-masing mengelola lahan untuk tanaman palawija tentunya akan secara perlahan menambah penghasilan keluarga masing-masing,” ujar Sudiarno.
Panen perdana jagung untuk KWT Bambaturunan berjumlah kurang lebih 1 ton atau senilai Rp 4.500.000. Hasilnya agak kurang lantaran masih pengelolaan pertama dan juga dilanda musim hujan.
“Sementara untuk panen kentang perdana di tahun 2019 mencapai 4 ton untuk 7 titik lokasi atau setara dengan Rp 28.000.000,” kata Sudiarno.
Kendala umum yang dirasakan petani, lanjutnya, adalah ketersediaan pupuk kandang atau kotaran ayam serta mesin penggembur tanah (hand traktor) sebab proses pembuatan bedengan membutuhkan tenaga yang banyak.
Di lain tempat, aktivis Pemuda Mamasa, Resky Masran berpendapat, aktivitas Sudiarno, Demianus Tarra, serta para pegiat tani lainnya patut diapresiasi sebab sudah cukup jarang yang mau aktif dalam pendampingan petani.
“Orang-orang seperti inilah yang patut didukung pada sisi anggaran oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Mamasa sebab mereka telah memiliki keseriusan untuk menggerakkan petani di Mamasa,” sebut Resky ketika dikonfirmasi via telepon.
Resky menjelaskan, jika orang-orang seperti mereka, yang aktif memberikan motivasi dan menggerakkan petani didukung dengan serius tentu akan berdampak pada kemajuan dunia pertanian di Mamasa. (Hapri Nelpan)
Editor: Ilma Amelia