Faktor ekonomi menjadi salah satu pertimbangan warga Sulawesi Barat (Sulbar) menolak di rujuk ke Makassar ketika sakit. Hal ini menjadi kendala penanganan proses penyembuhan pasien.
Salah satu solusi menangani masalah pelayanan kesehatan ini, harus ada rumah sakit rujukan yang memadai. Ini disampaikan Wakil Ketua DPRD Sulbar, Arifin Nurdin.
"Harus ada rumah sakit rujukan yang memadai di Sulbar agar warga yang sakit dapat segera tertangani, jadi tidak lagi mereka harus menempuh perjalanan ratusan kilometer ke Makassar. Yang sehat saja kalau menempuh perjalanan ke Makassar bukan main capeknya, apalagi orang yang dalam keadaan sakit," kata anggota DPRD sulbar dari dapil Majene ini, di ruang kerjanya, Selasa 23 Oktober.
Selain faktor jarak tempuh, lanjut dia, warga juga mempertimbangkan berbagai hal ketika sudah berada di Makassar. Misal, urusan administrasi dan jatah hidup.
"Coba bayangkan jika mereka orang pelosok yang belum pengalaman mengurus adminitrasi, dan tidak mengenal situasi lingkungan barunya, tentu bingung. Hal inilah yang sering mereka pertimbangkan sehingga menolak di rujuk," terangnya.
Kasus terbaru, pasien RSUD Majene, Maryanti (10), seorang yatim dari pelosok Kecamatan Tamerodo, Kabupaten Majene, menderita sakit tiba-tiba lumpuh. Sudah beberapa hari di RSUD Majene menjalani perawatan tapi tidak ada kemajuan mengembirakan, sehingga memunculkan pernyataan-pernyataan negatif mengarah kepada pelayanan RSUD Majene.
Pihak RSUD Majene siap memberikan rujukan ke rumah sakit yang lebih lengkap di masyarakat. Bahkan Wakil Ketua DPRD Sulbar, Arifin Nurdin bersedia memberikan bantuan pendanaan, mahasiswa juga melakukan aksi penggalangan dana. Tapi keluarga pasien tidak mau dirujuk dengan berbagai alasan seperti diuraikan diatas.
Akhirnya, Maryanti kembali ke kampungnya. Tapi baru semalam di kampungnya, dia harus ke rumah sakit lagi karena menderita panas tinggi dan kejang-kejang. Tapi kali ini dia di opname di RSUD Majene.
Saat wawancara dengan Arifin Nurdin, pendamping Maryati di RSUD Polman, Syarifah Hanim atau Ipeh (salah satu pengajar muda Indonesia Mengajar) menelpon dan mengatakan bahwa Mariati butuh dana segera.
Setelah mengakhiri perbincangan dengan Ipeh, Arifin lalu meminta keluarganya untuk melakukan transfer sejumlah dana ke rekening Ipeh. Ipeh adalah guru Indonesi Mengajar yang bertugas di sekolah Maryanti.(soemadi)