
Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kibar M. Suryadana memaparkan materi hasil kajian tanah bergerak di Majene, Sulbar.
Majene, mandarnews.com – Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengeluarkan sejumlah rekomendasi usai melakukan kajian tanah bergerak di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).
Rekomendasi terkait langkah atau upaya yang mesti diambil oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majene mengatasi tanah bergerak disampaikan secara zoom meeting oleh Kibar M. Suryadana, salah satu Tim Geologi yang sebelumnya melakukan kajian bersama dua anggotanya.
Zoom meeting pada Kamis (16/2) tersebut juga diikuti oleh Sekretaris Daerah Majene Ardiansyah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dari Tande Syahril, Ketua Hikmat Tande, Tim Public Safety Center (PSC) 119, serta masyarakat Tande, khususnya Lingkungan Ayu Lita, Limboro Barat.
Adapun rekomendasi yang disampaikan Kibar ada beberapa poin, yakni :
- Masyarakat yang berada di sekitar lokasi bencana agar selalu meningkatkan kewaspadaan, terutama pada saat dan setelah hujan deras yang berlangsung lama karena berpotensi terjadinya gerakan tanah susulan.
- Apabila muncul retakan di tanah untuk segera menutup retakan tersebut dengan plastik atau tanah liat atau lempung yang padatkan. Serta mengalirkan aliran air menjauh dari retakan untuk mengurangi peresapan air dan melakukan pengecekan secara rutin.
- Saluran drainase atau aliran permukaan perlu ditata dengan baik di bagian atas. Dalam jangka pendek harus diupayakan agar air tidak masuk ke dalam lokasi mahkota atau zona gerakan tanah. Untuk jangka panjang perlu dibuat saluran dengan kedap air dan diusahakan tidak melewati tengah pemukiman.
- Melandaikan lereng atau membuat terasering yang berguna untuk memecah atau mempersempit dimensi terjadinya gerakan tanah.
- Menjaga vegetasi di zona gerakan tanah yang terdampak. Vegetasi yang memiliki akar yang kuat dan dalam sehingga bisa memperkuat kestabilan lereng.
- Untuk mengurangi beban pada tanah disarankan untuk tidak membangun rumah atau bangunan permanen, melainkan dengan tipe rumah panggung (semi permanen) karena batuan di lokasi bencana dominan batu pasir gampingan yang di bawahnya napal sehingga rumah tipe ini lebih cocok dan tahan terhadap gerakan tanah tipe lambat.
- Rumah yang rusak berat yang berada di jalur retakan yang berpotensi terjadinya gerakan tanah susulan sebaiknya direlokasi ke tempat yang lebih aman dari ancaman gerakan tanah.
- Solusi jalan untuk lokasi yang mengalami pergerakan. Jalan jangan lapis rigid (beton) sebaiknya lapis lentur. Harus ada perbaikan pada jalan ini karena ada pergerakan lambat dan drainase yang bagus.
- Untuk jangka panjang disarankan melakukan kajian geologi lanjut menggunakan survei geolistrik untuk mengetahui kondisi bawah permukaan.
- Lokasi ini masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan sehingga perlu untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana gerakan tanah.
Sementara itu Sekretaris Daerah Majene Ardiansyah mengaku akan segera menindaklanjuti rekomendasi tersebut dan meminta kepada anggota DPRD untuk bersama-sama nantinya melakukan pertemuan untuk mencarikan anggaran penanganan tersebut.
“Kami akan segera upayakan untuk menindaklanjuti rekomendasi tersebut. Kami juga meminta kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan mengingat potensi terjadinya tanah bergerak masih ada,” ungkap Ardiansyah.
Syahril, anggota DPRD Majene, juga meminta kepada Pemkab melalui Sekretaris Daerah untuk serius melakukan penanganan tanah bergerak tersebut dan meminta agar Pemkab bisa memfasilitasi segera melakukan tindak lanjut ke pusat.
“Tolong Pak Sekda kalau bisa segera ini memfasilitasi permasalahan ini hingga ke kementerian terkait, apalagi dampak dari adanya tanah bergerak ini sudah sangat dirasakan masyarakat,” ujar Syahril.
Sebelumnya, pada Jumat (10/2) lalu, Tim Geologi beranggotakan tiga orang melakukan kajian tanah bergerak di Majene. Ada empat lokasi tanah bergerak yang dikaji, yaitu Kelurahan Tande, Kecamatan Banggae Timur, Lingkungan Galung Barat, Kecamatan Banggae, jalan nasional perbatasan Rangas dan Desa Palipi Soreang, Kecamatan Banggae, serta di Desa Simbang, Kecamatan Pamboang.
Untuk di Kelurahan Tande, masuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah (ZKGT) menengah atau daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan lembah sungai, gawir, tebing jalan, atau lereng mengalami gangguan.
Sementara Lingkungan Galung Barat masuk dalam zona tinggi. Daerah ini mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Gerakan ini dapat terjadi jika curah hujan di atas normal. Di Galung Barat, banyak bekas longsoran-longsoran lama.
Sementara Desa Simbang masuk zona rendah, sedangkan Palipi-Soreang berada pada zona antara sangat rendah dan menengah. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia