Salah satu cara pemateri merefresh suasana kegiatan.
Majene, MANDARNEWS.COM – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan KB (DP3AP2KB) Provinsi Sulawesi Barat menggelar kegiatan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi), Selasa (18/4/2017) di Hotel B’Nusabila. Kegiatan di Majene ini adalah yang ketiga dilaksanakan oleh DP3AP2KB Sulbar pada tahun 2017.
Menurut Mariani S.Kep.Ns., ketua panitia, kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan paham peserta tentang lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembang anak serta percepatan implementasi kota layak anak. Majene telah berkomitmen menjadi kota layak anak.
Kepala Dinas DP3AP2KB Prov Sulbar, Hj Darmawati Ansar SPd, M.Si. mengatakan bahwa kegiatan KIE di Majene adalah yang ketiga dilaksanakan oleh dinas yang dipimpinnya. Kegiatan pertama digelar di Mateng, dan yang kedua di Polewali Mandar.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Bupati Majene DR. H. Fahmi Massiara MH. Ia mengatakan kegiatan ini harus dikemas dengan diskusi yang kuat agar melahirkan rekomendasi untuk perkembangan kota layak anak. Ia meminta kepada peserta untuk mengikuti dengan seksama. Peserta sebanyak 40 orang terdiri dari lintas perwakilan OPD se kabupaten Majene dan para tokoh agama, tokoh pemuda, guru dan siswa.
Panitia menghadirkan dua pemateri, yakni widyaiswara BKBN Prov Sulbar, Verawaty dan Pemerhati Perlindungan Anak, Muhammad Zakir Akbar.
Verawaty membahas topik seputar karakter dan tumbuh kembang anak. Dikatakannya, otak anak terdiri dari 10 triliun sel yang siap berkembang dengan baik jia dirawat dengan baikk. Tapi jika tidak dirawat dengan baik, misal dibentak maka akan membuta berjuta-juta sel otak anak yang tentu akan mempengaruhi karakter anak.
Salah satu pondasi yang mempengaruhi perkembangan anak adalah pola pengasuhan yakni proses mendidik untuk membentuk perilaku yang diinginkan.
Pengasuhan mempengaruhi kepribadian, kalau pemarah ya seperti itulah cetakannya,” sebut Verawaty.
Ia merekomendasikan untuk tidak menyerahkan pengasuhan anak kepada orang lain. Ia juga merekomendasikan untuk mengyediakan waktu untuk anak dalam sehari 20 menit saja tapi yang berkualitas.
“Berkualitas maksudnya tanpa tv, tanpa hp, tanpa gadget hanya ibu dan anak. Didongenkan 5 menit saja sama dengan belajar 10 hari. Jadi bapak ibu harus belajar mendongeng dan bermain yang baik adalah dengan tubuh orang tuanya,” jelasnya.
Sementara Muhammad Zakir Akbar membahas materi bagaimana mewujudkan kota layak anak. Menurutnya, kota layak anak bukan sesuatu yang harus direncanakan secara luar biasa.
“Kuncinya sederhana, Pendidikan. Kalau pendidikan sudah bagus di daerah itu maka otomatis menjadi daerah yang layak anak,” kata Muhamammad Zakir Akbar, pemerhati kabupaten layak anak.
Ia menyebut, indikator yang harus dipenuhi dalam kabupaten layak anak adalah diantaranya didukung Perda, terlembaga, keterlibatan masyarakat, penyediaan informasi. Ia merekomendasikan untuk membentuk gugus tugas dan jika sudah ada maka harus segera diaktifkan.
Jalannya kegiatan ini cukup hidup. Interaksi antara pemateri dan peserta sangat aktif sampai mereka sepakat menunda jam makan dan menamatkan seluruh materi.(rizaldy)