Contoh Nyata, Ketika Televisi Menjadi Arena Gladiator Politik
Mari kita bicara soal contoh nyata, supaya semuanya terasa lebih dekat. Anda tentu ingat Pemilu 2019, bukan? Salah satu stasiun televisi terbesar di Indonesia secara terang-terangan lebih condong mendukung salah satu kandidat presiden.
Kita semua tahu apa yang terjadi : liputan harian tentang kegiatan sang kandidat hampir seperti siaran langsung dari konser K-pop, lengkap dengan pujian dan sorotan positif. Sementara itu, ketika lawannya muncul di layar, liputannya lebih mirip dokumenter tentang bencana alam.
Tentu saja, media yang memihak tersebut dengan cepat kehilangan kepercayaan publik yang lebih kritis. Namun, bagi mereka yang sudah terjebak dalam bias media, siaran semacam itu justru memperkuat keyakinan mereka, bahkan ketika faktanya tidak mendukung.
Relasi Media dan Demokrasi—Mereka Baik-Baik Saja, Asal…
Netralitas media dalam menghadapi setiap event pilkada atau pemilu mungkin terdengar seperti harapan kosong, tetapi itu bukan berarti tidak bisa dicapai. Dengan transparansi, standar jurnalisme yang ketat, dan komitmen terhadap integritas, media masih bisa berfungsi sebagai penjaga demokrasi yang sesungguhnya.
Pilkada atau Pemilu bukan sekadar adu slogan atau janji manis, melainkan tentang memilih pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan bagi rakyat. Dan peran media dalam proses ini sangatlah vital.
Sebagai penonton, kita juga punya tanggung jawab. Jangan hanya puas dengan satu sumber berita, apalagi jika sumber tersebut terlalu jelas memihak. Bacalah dari berbagai sumber, pastikan Anda mendapatkan perspektif yang seimbang, dan tetaplah kritis. Karena, pada akhirnya, kebenaran harus lebih penting daripada emosi.
Intinya, jangan mudah terjebak atau percaya pada berita yang dimulai dengan hal sensasional “VIRAL!” di media sosial. Kalau sesuatu terlalu bagus (atau buruk) untuk menjadi kenyataan, mungkin memang itu bukan kenyataan. Welcome to the world of post-truth, Salam akal Sehat!(*)
Rujukan:
Tapsell, R. (2017). Media Power in Indonesia: Oligarchs, Citizens and the Digital Revolution. Rowman & Littlefield.
Aspinall, E. & Mietzner, M. (2010). Problems of Democratisation in Indonesia: Elections, Institutions and Society. Institute of Southeast Asian Studies.