(Ki-ka) Harmin dan warga Desa Kalumammang, Hasanuddin.
Polman, mandarnews.com – Masih ingat tanaman warga yang dibabat untuk kepentingan pengadaan jaringan listrik di Desa Kalumammang ? Ternyata, tanaman tersebut belum diganti rugi. Hal ini terungkap atas pengakuan salah seorang warga desa, Hasanuddin.
Hasanuddin (42 Tahun) membeberkan, pohon yang telah ditebang oleh pihak PLN untuk dilalui tiang dan kabel listrik, sampai saat ini belum terbayarkan. Padahal, menurut Hasanuddin, pembayaran pemasangan listrik oleh warga dengan jumlah cukup mahal, yakni Rp 3.700.000 yang telah di bayarkan ke Pemerintah Desa melalui Sekertaris Desa Kalumammang, sebanyak 128 rumah tangga.
“Mengenai pembayaran tanaman yang dilalui tiang dan kabel belum ada pembayaran sama sekali oleh Pemerintah Desa. Padahal pembayaran langsung dilakukan melalui Sekretaris Desa, yaitu saat pemasangan instalasi hingga Kwh meter oleh warga,” jelas Hasanuddin.
Berita terkait : https://mandarnews.com/2018/05/31/listrik-dinikmati-tapi-ganti-rugi-tanaman-belum-jelas/
Hasanuddin juga mengungkap, beberapa warga di Dusun Kalumammang Desa Kalumammang, justru menambah pembayaran Rp. 300.000 sehingga pembayarannya total Rp 4.000.000 terpaut cukup jauh dari biaya biasanya yakni hanya Rp 2.700.000.
Ada beberapa warga, salah satunya ipar saya bernama Mahmud, membayar hingga Rp 4.000.000 karena dari Rp 3.700.000 di tambah Rp 300.000 dengan iming-iming akan menambahkan mata instalasi, ke oknum pemasang instalasi dan Kwh meter yang telah direkomendasikan Pemerintah Desa, namun oknum tersebut sampai saat ini belum memasangkan tambahan instalasi, tetapi malah menghilang tanpa ada kabar,” beber Hasanuddin.
Melihat kondisi tersebut, Hasanuddin. dengan beberapa warga lainnya berinisiatif mendatangkan pemasang instalasi listrik yang tidak lain keluarga mereka sendiri, Harmin. Harmin bekerja sebagai Vendor PLN Majene.
Harmin yang ternyata pernah di besarkan di Kalumammang itu dianggap cakap melaksanakan pemasangan instalasi karena mempunyai basic sekolah listrik di SMK Pemuda Makassar dan sempat menyelesaikan D3 nya di Akademi Tekhnik Industri Makassar (ATIM) dengan jurusan Tekhnik Industri.
Awalnya Harmin menolak untuk memasangkan instalasi di desa tersebut, namun setelah melihat aturan yang berlaku, dan rasa kasihan melihat warga yang melakukan pembayaran begitu mahal akhirnya menerima permintaan warga Kalumammang.
“Saya sebenarnya menolak atas permintaan warga tersebut, namun mereka beberapa kali meminta, akhirnya saya mau membantu warga tersebut,” tutur Harmin.
Pengakuan Harmin, Ia mencoba menjalin penawaran kerjasama dengan PLN Alu (dibawah naungan PLN Majene) namun hasilnya nihil karena PLN Alu menolak Kerjasamanya.
Hingga akhirnya Harmin berkonsultasi dengan layanan center pusat PLN. Dan ternyata bisa, tentunya dengan kelengkapan berkas yang telah di tentukan, dengan melalui pendaftaran Online. karena sebelum pemasangan kwh meter harus didaftarkan dahulu.(haslan)