Beragam pandangan muncul terhadap angka kelulusan ujian nasional (UN) sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) di Kabupaten Majene tahun ini yakni hampir 100 persen. Angka kelulusan di SMA 99,67 persen, SMK 96,03 persen, dan MA 100 persen. Jika dirata-ratakan mencapai angka 98,57 persen.
Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Menengah (Dikmen) Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Majene, Bau Agung menilainya sebagai beban sekaligus sebagai tantangan.
“Beban karena harus dipertahankan dan menjadi tantangan untuk dijadikan acuan kedepan menjadi lebih baik lagi,” kata dia via ponsel, Ahad 27 Mei.
Dia mengaku optimis angka kelulusan akan semakin membaik jika seluruh stake holder memberikan dukungan maksimal termasuk orangtua siswa.
Pandangan berbeda diutarakan pemerhati pen-didikan, Sudirman. Dia melihat ada keganjilan melihat angka kelulusan tahun ini yang mendekat sama pada dua dan tiga tahun lalu.
“Kalau saya melihat ada keganjilan yakni pada sekolah yang selama ini mengeluh kekurangan sarana prasarana pembelajaran serta kekurangan tenaga pengajar justeru angka kelulusannya besar bahkan ada yang 100 persen. Saya menjadi ragu mau mengatakan antara jujur dan curang,” sebutnya.
Dia menambahkan, seandainya ada yang berlaku curang agar segera dikurangi jika tidak bisa langsung dihilangkan. Pasalnya, kata dia, akan berdampak kepada masa depan siswa itu sendiri.
“Jadi jangan seolah-olah lulus dari ujian nasional adalah perjuangan terakhir,” pesannya.
Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Menengah (Dikmen) Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Majene, Bau Agung menilainya sebagai beban sekaligus sebagai tantangan.
“Beban karena harus dipertahankan dan menjadi tantangan untuk dijadikan acuan kedepan menjadi lebih baik lagi,” kata dia via ponsel, Ahad 27 Mei.
Dia mengaku optimis angka kelulusan akan semakin membaik jika seluruh stake holder memberikan dukungan maksimal termasuk orangtua siswa.
Pandangan berbeda diutarakan pemerhati pen-didikan, Sudirman. Dia melihat ada keganjilan melihat angka kelulusan tahun ini yang mendekat sama pada dua dan tiga tahun lalu.
“Kalau saya melihat ada keganjilan yakni pada sekolah yang selama ini mengeluh kekurangan sarana prasarana pembelajaran serta kekurangan tenaga pengajar justeru angka kelulusannya besar bahkan ada yang 100 persen. Saya menjadi ragu mau mengatakan antara jujur dan curang,” sebutnya.
Dia menambahkan, seandainya ada yang berlaku curang agar segera dikurangi jika tidak bisa langsung dihilangkan. Pasalnya, kata dia, akan berdampak kepada masa depan siswa itu sendiri.
“Jadi jangan seolah-olah lulus dari ujian nasional adalah perjuangan terakhir,” pesannya.
Ada Apa Dengan Bahasa Indonesia ?
Mempertanyakan apa sebenarnya kendala yang dialami peserta UN dalam menjawab soal-soal Bahasa Indonesia patut dimunculkan. Karena penyumbang ketidaklulusan adalah gagalnya siswa menjawab soal-soal Bahasa sendi ri.
Kegagalan peserta UN yang diakibatkan soal Bahasa Indonesia diakui wakil kepala sekolah (Wakasek) Bidang Kurikulum SMK Negeri 2 Majene, Ridwan.
“Rata-rata siswa kami gagal di Bahasa Indonesia,” ungkapnya.
Dari 447 peserta UN SMK Negeri 2 Majene terdapat 6 siswa yang tidak lulus. Mereka yang tidak lulus itu rata-rata gagal pada Bahasa Indonesia sehingga rata-rata nilai 5,5 tidak tercapai.
Satu Orang Pingsan
Seorang siswi SMK Negeri 2 Majene yang gagal lulus UN tidak dapat menahan kesedihannya. Begitu dia mengetahui tidak lulus dengan membuka amplop yang berisikan informasi kelulusan, dia langsung lunglai di depan gurunya dan disaksikan beberapa temannya.
Siswa jurusan pemasaran itu pun diangkat dan direbahkan diatas meja di ruang kelasnya. Beberapa detik kemudian, dia sadar dan menuju keluar kelas tanpa mau menghiraukan teman-temannya yang berusaha memberikan semangat. Tapi malah berlari meninggalkan lokasi sekolah ketika sudah berada di luar ruangan.
Tapi yang terjadi malah bertambah tragis. Dia ditandu beberapa anggota PMR SMK Negeri 2 Majene kembali ke sekolah. Ternyata ditengah pelariannya, dia terjatuh dan tak sadarkan diri lagi.
Menurut Ridwan, siswanya itu tidak dapat menahan kesedihannya karena tidak lulus UN. Masih menurut dia, keseharian prestasi belajarnya memang terbilang rendah.
Mempertanyakan apa sebenarnya kendala yang dialami peserta UN dalam menjawab soal-soal Bahasa Indonesia patut dimunculkan. Karena penyumbang ketidaklulusan adalah gagalnya siswa menjawab soal-soal Bahasa sendi ri.
Kegagalan peserta UN yang diakibatkan soal Bahasa Indonesia diakui wakil kepala sekolah (Wakasek) Bidang Kurikulum SMK Negeri 2 Majene, Ridwan.
“Rata-rata siswa kami gagal di Bahasa Indonesia,” ungkapnya.
Dari 447 peserta UN SMK Negeri 2 Majene terdapat 6 siswa yang tidak lulus. Mereka yang tidak lulus itu rata-rata gagal pada Bahasa Indonesia sehingga rata-rata nilai 5,5 tidak tercapai.
Satu Orang Pingsan
Seorang siswi SMK Negeri 2 Majene yang gagal lulus UN tidak dapat menahan kesedihannya. Begitu dia mengetahui tidak lulus dengan membuka amplop yang berisikan informasi kelulusan, dia langsung lunglai di depan gurunya dan disaksikan beberapa temannya.
Siswa jurusan pemasaran itu pun diangkat dan direbahkan diatas meja di ruang kelasnya. Beberapa detik kemudian, dia sadar dan menuju keluar kelas tanpa mau menghiraukan teman-temannya yang berusaha memberikan semangat. Tapi malah berlari meninggalkan lokasi sekolah ketika sudah berada di luar ruangan.
Tapi yang terjadi malah bertambah tragis. Dia ditandu beberapa anggota PMR SMK Negeri 2 Majene kembali ke sekolah. Ternyata ditengah pelariannya, dia terjatuh dan tak sadarkan diri lagi.
Menurut Ridwan, siswanya itu tidak dapat menahan kesedihannya karena tidak lulus UN. Masih menurut dia, keseharian prestasi belajarnya memang terbilang rendah.
Aksi Merobek Rok Warnai Pengumuman
Aksi corat coret masih mewarnai pengumuman hasil UN. Padahal para guru telah menghimbau agar tidak melakukannya. Bahkan kali ini, selain aksi corat-coret sebagian siswa malah melakukan aksi merobek rok di tengah jalan.
Waka Kurikulum SMK Negeri 2 Majene mengaku sulit membendung ekspresi luapan kegembiraan siswa-siswa itu.
“Mereka sulity dibendung. Padahal sebelumnya sudah diminta untuk tidak melakukan aksi-aksi seperti itu dan pihak sekolah meminta untuk mengumpul baju seragam mereka tapi tetap tidak diindahkan,” kata Ridwan.
Kabid Dikmen, Bau Agung prihatin melihat ulah siswa-siswa itu, sehingga kedepan akan dicarikan solusi. Menurutnya, kegiatan positif seperti bakti sosial dapat diberlakukan di hari pengumuman. Untuk menjaga kepatuhan siswa, para orangtua siswa diharapkan hadir.(zal)
Aksi corat coret masih mewarnai pengumuman hasil UN. Padahal para guru telah menghimbau agar tidak melakukannya. Bahkan kali ini, selain aksi corat-coret sebagian siswa malah melakukan aksi merobek rok di tengah jalan.
Waka Kurikulum SMK Negeri 2 Majene mengaku sulit membendung ekspresi luapan kegembiraan siswa-siswa itu.
“Mereka sulity dibendung. Padahal sebelumnya sudah diminta untuk tidak melakukan aksi-aksi seperti itu dan pihak sekolah meminta untuk mengumpul baju seragam mereka tapi tetap tidak diindahkan,” kata Ridwan.
Kabid Dikmen, Bau Agung prihatin melihat ulah siswa-siswa itu, sehingga kedepan akan dicarikan solusi. Menurutnya, kegiatan positif seperti bakti sosial dapat diberlakukan di hari pengumuman. Untuk menjaga kepatuhan siswa, para orangtua siswa diharapkan hadir.(zal)